Richard (2002:11)
mempunyai pendapat bahwa “kepuasan kerja (job
satisfaction) merupakan sebuah sikap positif untuk mengarahkan pekerjaan
seseorang. Pentingnya kepuasan kerja bervariasi menurut luas kendali yang
dimiliki seorang karyawan.” Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara
harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan. Seseorang
dengan tingkat kepuasan tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap
pekerjaan itu. Jadi kepuasan kerja
juga berkaitan erat dengan teori keadilan, perjanjian psikologis, dan motivasi.
Menurut Robbins (2003:103) “kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seseorang
individu terhadap pekerjaannya. Ini berarti penilaian seorang karyawan terhadap
betapa puas atau tidaknya dia akan pekerjaannya merupakan penjumlahan yang
rumit dari sejumlah unsur pekerjaan yang diskrit (terbedakan dan terpisahkan
satu sama lain)”.
Robbins (2003) berpendapat kepuasan kerja itu terjadi apabila
kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat
kesukaan dan ketidaksukaan dari pegawai, yang merupakan sikap umum yang dimiliki
oleh pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan
mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan tanggapan
emosional terhadap situasi kerja,
menentukan seberapa besar hasil yang akan dicapai atau diharapkan dan
mencerminkan sikap yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri.
Secara komprehensif,
kepuasan kerja didefinisikan Locke dalam Luthans (2009) sebagai suatu keadaan
emosi yang menyenangkan atau bersifat positif yang muncul atau dihasilkan dari
penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja adalah suatu perasaan positif ataupun negatif yang dirasakan seorang karyawan terhadap pekerjaannya,
perasaan ini merupakan suatu
respon tentang kondisi dan keadaan dalam pekerjaannya.
Kepuasan pekerjaan
lebih dipengaruhi oleh faktor intrinsik daripada faktor ekstrinsik karena
faktor tersebut dipercaya lebih memotivasi karyawan untuk berkinerja dan
berusaha lebih keras , menurut Hackman dan Oldham (1976) “Teori yang diajukan
bahwa penentu utaman dari kepuasaan pekerjaan adalah faktor intrinsik pada
pekerjaan yang dilakukan (misalnya pengakuan, pencapaian, tanggung jawab,
pengembangan, pertumbuhan pribadi dalam kompetensinya). Faktor tersebut disebut
“motivators” karena faktor tersebut
dipercaya efektif untuk memotivasi karyawan untuk berusaha dan bekerja dengan
keras”.
Dalam mengukur kepuasan
kerja Hackman dan Oldham (1980) mengembangkan melalui Job Diagnostic Survey, yaitu:
1.
Secara
umum, puas dengan pekerjaan saat ini.
2. Sebagian
besar yang saya lakukan dalam pekerjaan berguna dan penting.
3. Pekerjaan
yang saya lakukan sangat bermakna.
4. Merasakan
tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi untuk pekerjaan yang dilakukan.
5.
Merasakan
perasaan kuat atas kepuasan pribadi pada pekerjaan yang dilakukan.
6. Merasakan
pencapaian dalam karir.
Merasakan puas dan senang pada saat mengetahui
berkinerja baik dalam pekerjaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar