TQM merupakan suatu konsep
perbaikan yang dilaksanakan secara terus-menerus, yang melibatkan seluruh
elemen dan karyawan pada setiap tingkatan organisasi dalam rangka
untuk mencapai kualitas yang terbaik pada seluruh aspek organisasi
melalui proses manajemen. Total Quality Management (TQM) merupakan suatu
sistem yang dapat dikembangkan menjadi pendekatan dalam menjalankan usaha untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya (Tjiptono:2001) dalam Narsa & Rani:2004. TQM juga merupakan
falsafah holistie yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork
produktivitas, pengertian dan kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam Pawitra,
1993:135). Dengan demikian TQM merupakan sistem manajemen yang
mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan
pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi
Menurut ISO, TQM adalah pendekatan
manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas
partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada
kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan
manfaat pada anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan
masyarakat. Tujuan utama TQM adalah perbaikan mutu pelayanan secara
terus-menerus (dalam Nurul dan Wahyuni:2011)
Dalam Andri Zainal dan Iskandar Muda : 2009 menyebutkan Revolusi TQM yang pada tahun 1940
dikembangkan oleh W.E. Deming dan J.M. Juran di AS merupakan filosofi dan
pendekatan untuk suatu perubahan dan harapan mengenai ”mendapatkan sesuatu pada
saat dibutuhkan” bagi konsumen eksternal maupun internal melalui keterlibatan
seluruh jajaran pada setiap tingkatan organisasi.
TQM adalah salah satu
konsep komitmen manajemen yang sungguh-sungguh
untuk meningkatkan kualitas jangka panjang dan membutuhkan penggunaan peralatan
maupun teknik-teknik tertentu, walaupun yang paling utama adalah lebih pada
adanya sebuah komitmen ( Salusu, 2006: 456 dalam Ahdiyana, 2011).
Garvin (1988) dalam Intan (2011) melakukan upaya
menumbuhkan kesamaan persepsi kualitas dengan mengategorikan definisi kualitas
dari berbagai sumber literatur dan pendapat para ahli ke dalam 5 kelompok
pendekatan yaitu :
1.
Pendekatan
Transenden
Pendekatan transenden didefinisikan oleh Barbara
Tuchman (1980) dalam Garvin (1988) dalam Rao et al (1996) dalam Intan (2011)
sebagai sebuah kondisi yang cemerlang yang menyiratkan kualitas yang sangat
baik nampak kontras berbeda jauh dengan kualitas yang buruk. Menurutnya
kualitas adalah pencapaian atau perolehan standar tertinggi sebagai lawan dari
cukup terpuaskan dengan kecerobohan atau kecurangan. Beberapa contoh tentang
pencapaian kualitas yang sangat bagus di sini banyak yang berasal dari bidang
sastra dan juga kesenian misalnya lagu gubahan Beethoven yang terkenal yaitu
Symphonies, lukisan Leonardo Da Vinci yang melegenda yaitu Monalisa dan contoh
lainnya. Kelemahan dari pendekatan ini adalah tidak berlaku sama untuk setiap
orang, bagi para pekerja industri yang terbiasa bekerja dengan target-target
kualitas hal ini tentu akan menjadi masalah.
2.
Pendekatan
berbasis Produk
Pendekatan jenis ini memiliki adanya identifikasi
khusus akan fitur atau atribut yang dapat diukur untuk menunjukan kualitas yang
lebih baik. Kursi mobil yang berlapiskan kulit tentu akan dipertimbangkan
sebagai produk dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan kursi mobil yang
hanya berlapis vinyl. Pendekatan ini juga menyediakan ukuran yang obyektif
tentang kualitas. Kelemahan dari pendekatan ini adalah tidak adanya atau adanya
atribut tersebut sangat mempengaruhi diterima atau ditolaknya kualitas.
Misalnya karena jok mobil berlapis kulit dinilai lebih berkualitas dibandingkan
yang berlapis vinyl, maka walaupun proses finishing
lapisan kulit belum sempurna tetap dianggap lebih berkualitas dibandingkan
jok mobil berlapis vinyl.
3.
Pendekatan
berbasis Pengguna
Dalam teori pendekatan berbasis penguna arti kualitas
sangat itentukan oleh tanggapan pengguna atau pelanggan terhadap produk atau jasa
yang digunakannya. Produk atau jasa yang paling berkualitas ialah yang
memberikan kepuasan paling tinggi kepada sang pelanggan. Juran dalam Intan
(2011) mengistilahkan hal tersebut dengan istilah fitness for use, sesuai dan tepat untuk peruntukannya.
4.
Pendekatan
berbasis Manufaktur
Crosby dalam Intan (2011) mendefinisikan istilah
kualitas pendekatan berbasis manufaktur sebagai conformance to requirment, sesuai dengan persyaratan. Produk
dikatakan berkualitas lebih baik apabila karakteristik yang dimilikinya sangat
mendekati atau bahkan sesuai dengan persyaratan produk yang telah ditetapkan.
Contoh adalah pada industri pembuatan pesawat terbang. Kelebihan dari
pendekatan ini ialah tersedianya pengukuran yang lebih objektif terhadap
standar kualitas dan dapat dilakukan upaya pengurangan pemborosan mutu.
Kelemahan dari model ini adalah masih kurangnya kepedulian terhadap preferensi
atau pilihan-pilihan pelanggan karena kualitas masih diukur berdasarkan
persyaratkan produk dan bukan keinginan pelanggan.
5.
Pendekatan
berbasis Nilai
Pada pendekatan kualitas berbasis nilai, unsur harga
mulai diikutsertakan dalam mendefinisikan istilah kualitas. Broh (1982) dalam
Garvin (1988) dalam Rao et al (1996) dalam Intan (2011) mendefinisikan kualitas
sebagai derajat keunggulan pada tingkat harga yang dapa tditerima dan
pengendalian variabilitas pada satu nilai biaya yang wajar.
Selanjutnya Garvin (1988) dalam Rao et al (1996) dalam
Intan (2011) mengusulkan gagasan dimensi kualtas yang dapat mempertemukan
kriteria kebutuhan pelanggan dengan rancangan seorang insinyur industri. Dengan
gagasan ini penilaian atribut kualitas akan menjadi lebih objektif karena
mengakomodasi kepentingan kedua belah pihak yaitu pelanggan dan produsen.
Kualitas sebuah produk atau jasa dipertimbangkan sebagai berkualitas lebih baik
jika produk atau jasa tersebut mempunyai nilai lebih tinggi dibandingakn
kompetitornya pada satu atau lebih elemen-elemen dimensi kualitas sebagaimana
dijelaskan berikut ini :
1.
Performance
Elemen kinerja mengacu kepada karakteristik utama
operasional dari produk atau jasa, dan biasanya dapat diukur. Misalnya, untuk
sebuah rumah yang akan dijual maka kinerjanya adalah jumlah kamar yang ada,
luas halamannya, jumlah kamar mandi dan lain-lain. Untuk kasus jasa layanan,
misalnya maksimal jumlah dering telepon berbunyi sebelum diangkat, atau
ketepatan waktu untuk memenuhi daftar pesanan pada usaha bisnis restoran.
2.
Features
Fitur adalah karakterisik tambahan yang dapat
memperkaya daya tarik produk atau layanan bagi pelanggan. Misalnya transmisi automatic pada kendaraan
bermotor.
3.
Reliability of product
Kehandalan produk adalah kemungkinan suatu produk
untuk tidak gagal atau rusak dalam periode rentang waktu tertentu. Misalnya
seorang wanita tua tentu akan memilih mobil yang tidak merepotkan harus
bolak-balik ke bengkel manakala sewaktu-waktu dirinya memerlukan kendaraan
tersebut, atau seseorang akan mempercayakan barangnya dikirim melalui layanan
pengiriman yang menjamin kirimannya sampai tepat waktu sesuai yang telah
disepakati.
4.
Conformance
Kesesuaian adalah ketepatan produk atau jasa yang
ditawarkan memenuhi spesifikasi standar. Pendekatan tradisional Amerika adalah
memberikan batasan toleransi untuk penerimaan kesesuaian suatu produk terhadap
persyaratan standar.kualitas masih diterima apabila masih dalam batas toleransi
pemenuhan terhadap standar sebesar 95 % atau lebih. Hal yang berbeda dilakukan
oleh orang Jepang yang menggunakan mendekatan Taguchi dalam menangani
permasalahan kesesuaian terhadap standar. Taguchi mengajarkan semakin besar
nilai deviasi dari nilai standar yang ditetapkan maka semakin kecil kepuasan
yang diperoleh oleh pelanggan. Maka produk yang paling baik adalah produk yang
memiliki spesifikasi tepat sama persis dengan persyaratan standar meskipun
sama-sama berada dalam batas toleransi yang diperkenankan. Konsep ini diadopsi
oleh Motorola dengan mengubah definisi mereka terhadap kualitas yaitu sebagai
rata-rata kesesuaian. Motorla memperkenalkan konsep Six-Sigma yang hanya memberikan toleransi penyimpangan sejumlah 3,4
penyimpangan (produk cacat) dalam satu juta kesempatan dengan tingkat
probabilitas pemenuhan standar mencapai 99,9997%.
5.
Durability
Ketangguhan adalah ukuran daya pakai suatu produk.
Contoh sederhananya adalah tipe bola lampu, dapat diukur masa pakai bola lampu
sebelum akhirnya bola lampu tersebut putus dan harus diganti.
6.
Serviceability
Kemudahan perbaikan atau perawatan menjadi elemen
penilaian kualitas suatu produk, ketika produk tersebut memerlukan perbaikan,
maka penilaian waktu perbaikan atau Mean
Time To Repair (MTTR) menjadi ukurannya. Ukuran lain dari elemen ini adalah
jumlah keluhan yang masih terjadi sesudah dilakukan perbaikan dan jika masih
belum memuaskan dapat juga dinilai bagaimana proses penanganan keluhan pelanggan
tersebut dilakukan.
7.
Aesthetic
Estetika adalah eleman kualitas yang mengindikasikan
bermacam-macam respon pengguna terhadap suatu produk. Hal tersbut lebih kepada
pilihan kecenderungan personal, misalnya untuk penampilan, kenyamanan, suara,
aroma dan juga rasa.
8.
Perceived Quality
Persepsi kualitas adalah atribut penilaian pada barang
atau jasa yang dilakukan secara tidak langsung, misalnya seorang pekerja
dinilai sebagai personil yang memiliki kualitas yang baik berdasarkan peralatan
kerjanya yang terawat dan tempat kerja yang rapi, atau maskapai penerbangan
dinilai bermutu apabila kabin pesawat selalu dalam keadaan bersih dan rapih.
Dalam ragam uraian yang pendekatan definisi istilah
kualitas yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dirumuskan tujuan dari
penerapan total Quality Management adalah
untuk meningkatkan kinerja dari suatu organisasi. Selain itu manfaat TQM digunakan
untuk memperbaiki posisi persaingan perusahaan di pasar dan alat meningkatkan
kemampuan dalam menghasilkan output dengan mutu berkualitas (Ibrahim, 2000:22).
Produk yang berkualitas mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen
secara berkelanjutan (sustainable satisfaction), yang akan menimbulkan
pembelian berkelanjutan dan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan
mencapai skala ekonomi dengan ditandai dengan penurunan biaya produksi
(Terziovski:2006 dalam Riyanto:2012).
Ada beberapa keuntungan
pengendalian mutu yang digambarkan Ishikawa:1992 dalam Nurul dan Wahyuni:2011, antara lain:
1)
Pengendalian
mutu memungkinkan untuk membangun mutu di setiap langkah proses produksi demi
menghasilkan produk yang 100% bebas cacat
2)
Pengendalian
mutu memungkinkan perusahaan menemukan kesalahan atau kegagalan sebelum akhirnya
berubah menjadi musibah bagi perusahaan
3)
Pengendalian
mutu memungkinkan desain produk mengikuti keinginan pelanggan secara efisien
sehingga produknya selalu dibuat sesuai pilihan pelanggan
4) Pengendalian mutu dapat membantu
perusahaan menemukan data-data produksi yang salah.
Tujuan utama TQM adalah perbaikan mutu secara terus menerus. Penerapan TQM
dipermudah oleh beberapa atal yang membantu kita menganalisis dan mengerti
masalah-masalah serta membantu membuat perencanaan. Alat-alat TQM yang dimaksud
adalah :
a) Brainstorming (curah pendapat), adalah alat perencanaan yang dapat
digunakan untuk mengembangkan kreativitas kelompok.
b) Diagram alir, yaitu alat perencanaan dan analisis, digunakan antara lain
untuk menyusun proses tahap demi tahap untuk tujuan analisis, diskusi atau
komunikasi.
c) Analisis SWOT, suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis
organisasi dengan melalui kerangka Strength (Kekuatan), Weakness (kelemahan),
Opportunitties (peluang) dan Threats (ancaman).
d) Ranking prefensi, merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan
untuk memilih gagasan dan pemecahan di beberapa alternatif.
e) Analisis Fisnhbone, atau diagaram sebab – akibat, merupakan alat analisis
antara lain untuk mengategorikan berbagai sebab potensial daru suatu masalah
dan menganalisanya.
f) Penilaian kritis, merupakan alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk
memeriksa setiap proses dan memikirkan apakah proses itu memang dibutuhkan dan
tepat.
g) Brenchmarking, proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita
dan dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini
akan menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi secara terus menerus.
h) Diagram analisa medan daya, merupakan suatu alat analisis yang dapat
digunakan, antara lain untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai
suatu sasaran.
Syarat-syarat pelaksanan TQM dalam organisasi dalam Cahyono (2012) adalah
sebagai berikut :
a) Setiap organisasi harus terus menerus melakukan perbaikan mutu produk atau
pelayanan sehinga dapat memuaskan pelanggan.
b) Memberikan kepuasan kepada pemiliki, pemasok, karyawan, dan para pemegang
saham.
c) Memiliki wawasan jauh ke depan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan
d) Fokus utama ditujukan pada proses, baru kemudian hasil.
e) Menciptakan kondisi di mana para
Sifat pengelolaan perbahan yang bertahap menyesuaikan
dengan perilaku dan jumlah seluruh personil dalam suatu organisasi atau
perusahaan berlangsung secara perlahan namun konstn dan tidak dramatis. Berbeda
dengan konsep Business Process
Re-engineering (BPR) yang memang bertujuan untuk merekayasa ulang proses
bisnis perusahaan secara cepat dan revolusioner agar dapat segera beradaptasi
dengan kondisi dan lingkungan bisnis di tengah situasi krisis yang genting, maka
TQM lebih bersifat human approach, pendekatan
dari segi seluruh sumber daya manusia dalam perusahaan untuk bersama-sama
terlibat dalam peningkatan kinerja organisasi. Secara ringkas, inti dari
filosofi TQM dapat disederhanakan menjadi tiga pilar utama yaitu :
1.
Cutomer Fokus (Fokus Pelanggan)
2.
Total Participation (Partisipasi total dari SDM
perusahaan)
3.
Continual Improvement (Peningkatan berkelanjutan)
Berikut
akan disajikan tabel yang menggambarkan perkembangan manajemen kualitas mulai
dari periode inspeksi, pengendalian mutu, jaminan mutu, TQM hingga pendekatan
terkini di bidang kualitas dari masa ke masa (Washington State Quality Award
Program, 2006) dalam Intan (2011) :
Identifikasi Karakteristik
|
Fokus Utama
|
Tinjauan Kualitas
|
Metode
|
Penanggung Jawab
|
Pelaksana dan Pendekatan
|
|
Evolusi Pengembangan Kualitas di Amerika Serikat
|
Periode Inspeksi
1950-an
|
Deteksi
|
Memperbaiki Cacat
|
Ukuran dan Pengukuran
|
Departemen Inspeksi
|
Inspeksi untuk Kualitas
|
Statistical Quality Control 1960-an
|
Pengendalian
|
Pengendalian Proses
|
Teknik Statistik dan Metode
|
Departemen Teknik dan Staf QC
|
Pengendalian untuk Kualitas
|
|
Quality Assurance 1970-an
|
Kesesuaian
|
Proses Dokumentasi dan Standarisasi
|
Dokumentasi Prsedural dan Pelaksanaan Kebijakan Kualitas
|
Departemen Teknik dan Manufaktur QA /
QC Staf
|
Pembinaan untuk Kualitas
|
|
TQM
1980-an
|
Keterlibatan SDM
|
Continous Process Improvement dan hasilnya
|
Pemecahan Masalah Tim dengan Teknik Kualitas dan Analisis Gap
|
Semua Pegawai dan Grup Kerja Dipimpin oleh Manajemen Utama
|
Perancangan untuk Kualitas
|
|
Kepemimpinan Strategis
1990-an
|
Dampak Strategis dan Arahan
|
Proaktif melihat masa depan bisnis
|
Perencanaan Strategis, Penetapan Tujuan, Penjabaran dan Mobilisasi
Organisasi
|
Semua Orang di dalam Organisasi, dengan Bukti Kepemimpinan yang Kuat
oleh Pucuk Pimpinan
|
Penyelarasan untuk Kualitas
|
|
Penciptaan Nilai
2000-an
|
Menghasilkan Nilai
|
Keuntungan bagi Pelangggan dan Perusahaan
|
Fokus pada Inti Bisnis dengan Balance Scorecard
|
Semua Pegawai Bertanggung jawab atas Perannya masing-masing didalam
mencapai tujuan inti bisnis.
|
Kualitas untuk NIlai
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar